Bagi para guru kelas ataupun guru SBK di SD, selama ini penulis amati dalam mengajarkan alat musik pianika di kelas tidak mempertimbangkan unsur proses belajar di dalamnya, yang menjadi tujuan utamanya adalah hasil belajar semata, sehingga perkembangan anak di abaikan. Kebanyakan para guru mengesampingkan penjarian pada permainan siswa, nafas, frasing, dan baca keybord (karena tutsnya ditulis nadanya).
Seperti yang penulis amati, anak baru mengenal pianika anak sudah diberi tugas lagu "Ibukita Kartini" padahal kalau dilihat dari faktor nada, lagu ini memiliki 9 nada yang berbeda yaitu B, c , d, e, f, g, a, b, c1. dilihat dari ritme not lagu ini mempunyai not 4 ketuk, 2 ketuk, 1 ketuk, 1 1/2 ketuk (satu setengah) dan 1/2 (setengah) ketuk.
Tentu lagu ini susah bagi anak yang baru mengenal alat musik pianika. Akhirnya guru mencari cara yang tidak mendidik dengan mengesampingkan proses pengajaran pianika yang benar.
Dalam tulisan ini penilis mencoba memberikan alternatif solusi kepada para pengajar SBK khususnya yang mengaja musik (pianika) untuk mempertimbangkan proses belajar siswa.
Dalam pertemuan pertama tentu saja anak dikenalka dengan baca keyboard artinya anak diminta untuk membedakan tuts satu dengan yang lain. Walau warna dan bentuknya hampir sama, tuts pianika memiliki 12 nama nada yang berbeda, tentunya guru harus dapat menjelaskan ke siswa.Kemudian dikenalkan melalui visual dan audio nada c1 (c tengah bila pada piano) pada pianika letaknya pada tuts putih ke 5. Kemudian nada d1 dan e1. Setelah anak mengenal nada secara visual dan audio anak dikenalkan dengan lagu latihan 1. Lagu ini hanya terdiri dari 3 nada, 4 birama, dan hanya 2 ritme yaitu not satu ketuk dan 2 ketuk.